Imamat 13:45-46 (TB)
45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis!
46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.
Kata kusta disini memakai kata ibrani צרע (tsâra‛). Keadaan yang disebut terkena kusta di dalam pasal ini dan pasal berikutnya tidaklah sepenuhnya sama dengan penyakit yang dikenal dengan nama kusta sekarang. Di sisi lain, kusta yang benar-benar merupakan penyakit pasti ikut termasuk. Penyakit ini dianggap najis dan berbahaya karena dapat menular; sebab itu harus diasingkan dari masyarakat, Kel. 13 dan Kel. 14; Im. 13; Luk. 18:12-19, bahkan mereka dianggap sebagai orang yang sudah mati (Bil. 12:10-12). Kusta sering dianggap simbol dari dosa.
Kusta seringkali dianggap sebagai simbol dari dosa, dan hal ini memang sangat sesuai dengan sifat dosa yaitu mematikan dan menular. Sama seperti orang yang terjangkit kusta akan diasingkan begitu juga dengan orang yan hidup dengan dosa akan diasingkan dari sorga. Karena neraka adalah hidup terpisah/diasingkan dari hadirat Tuhan.
Apa respons orang ketika melihat orang yang terkena kusta? Mereka akan menjauhi dan mengasingkan mereka. Namun bagaimana respons Yesus terhadap orang yang berdosa? Ia mendekati dan menyelamatkan mereka. Tentu saja Tuhan benci dan jijik kepada dosa namun cintaNya kepada kita membuat Dia mau menyentuh kejijikan kita demi menyelamatkan kita. Dosa membuat kita terasingkan, lumpuh bahkan mati secara rohani, namun Ia mau datang menyentuh dan mentahirkan kita.
Saya teringat akan respons Yesus ketika dengan orang berpenyakit kusta yang minta untuk disembuhkan.
Matius 8:2-3 (TB)
2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
Yesus melakukan hal yang sangat viral di masanya menyentuh orang yang terkena kusta. What! Jangankan di imasa itu, sampai sekarang kita juga enggan melakukannya. Tetapi Yesus mau menyentuh dan menahirkan dia karena mengasihiNya. Begitulah juga dengan dosa kita. Ia bersedia mati dengan cara yang sangat hina bagi kita padahal Dia tidak punya salah apapun.
Dari perikop yang membahas penyakit kusta ini kita perlu sadar bahwa kita adalah orang yang tak luput dari dosa. Namun Ia begitu mengasihi kita dan tidak membiarkan kita tetap apa adanya. Ia datang mati bagi kita semua. Ia menyentuh hidup kita yang kotor agar menjadi bersih dimataNya. Seberapa merah pun dosamu, mungkin engkaupun jijik dengan dirimu sendiri (Yes 1:18) ingatlah bahwa Ia adalah Allah yang sanggup mengampunimu asal kita mau datang dan mengaku dosa kita padanya. (1 Yoh 1:9). Ia mau menyentuhmu saudaraku, Ia mengasihimu.
Bersyukur karena Ia mengasihi kita lebih dari kita mengasihi diri kita. Lebih dari apa yang bisa kita berikan untuk diri kita sendiri. Kasihnya membuat kita begitu terpesona. Bersyukurlah karena Ia mau menyentuh hidup kita karena Ia mengasihi kita.