Imamat 2:1, 4-5, 7, 14 (TB)
1 “Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya.
4 Apabila engkau hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar di dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak.
5 Jikalau persembahanmu merupakan korban sajian dari yang dipanggang di atas panggangan, haruslah itu dari tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, berupa roti yang tidak beragi.
7 Jikalau persembahanmu merupakan korban sajian dari yang dimasak di dalam wajan, haruslah itu diolah dari tepung yang terbaik bersama-sama minyak.
14 Jikalau engkau hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN, haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu.
Korban sajian adalah jenis korban kedua yang biasa dipersembahkan di masa lalu. Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi sajian adalah מנחה (minhâ), yang artinya “pemberian atau hadiah,” dan kadang-kadang bisa berarti “upeti.” Unsur-unsur yang digunakan dalam korban ini adalah gandum, tepung yang terbaik, minyak zaitun, kemenyan, roti bakar, garam, tanpa ragi atau madu, biasanya disertai dengan korban bakaran dan korban perdamaian. Korban sajian merupakan kurban pengucapan syukur atas anugerah panen yang melimpah bagi umat Israel.
Ada 4 jenis kurban sajian.
- Kurban yang tidak dimasak berupa tepung (ayat 1-3) atau bulir gandum (ayat 14-16)
- Roti bundar dan roti tipis tidak beragi yang dibakar di pembakaran roti (ayat 4)
- Roti tidak beragi yang dipanggang di alat panggangan (ayat 5-6)
- Tepung terbaik yang dimasak di wajan (ayat 7).
Korban sajian adalah penyembahan sukarela untuk mengakui kebaikan dan bantuan Allah. Sebuah ungkapan devosi kepada Allah. Setelah membaca berbagai pilihan persembahan dalam Imamat 1, korban sajian yang berupa tepung mungkin terasa sepele dan tidak begitu berharga. Namun, kita perlu mengingat bahwa saat di Mesir umat Israel hidup dari beternak dan selama satu generasi di padang gurun mereka juga tidak mungkin bercocok tanam. Artinya, tepung, gandum, serta berbagai hasil bumi yang terlibat dalam persembahan ini merupakan barang berharga bagi mereka yang tidak bisa begitu saja mereka peroleh dengan mudah. Mempersembahkan tepung yang terbaik serta berbagai macam olahan hasil bumi lainnya merupakan sebuah langkah iman tersendiri bagi umat Israel, menyerahkan kepada Tuhan salah satu harta mereka yang paling berharga, yang sulit didapat, dan yang sebenarnya mereka sendiri bisa nikmati.
Dalam korban ini tersirat bahwa semua karya manusia harus dilakukan bagi Tuhan dan bahwa makanan sehari-hari harus diterima dengan ucapan syukur kepada-Nya. Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan manusia. Biarlah ucapan syukurmu yang terdalam adalah hidup yang intim dan serasi dengan hidup Kristus! Korban ini menggambarkan Yesus yang adalah roti hidup yang terbakar untuk kita. Barangsiapa datang kepadaNya, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan haus lagi (Yohanes 6:35). Ia bahkan memberikan kita akses untuk menjadi bagian dari tubuh-Nya dengan ikut dalam perjamuan kudus untuk mengingat pengorbanan-Nya. Bangunlah relasi dengan Sang Roti Hidup setiap hari.
Bersyukur karena Yesus adalah roti hidup dan Ia mau memberikan diri-Nya bagi kita. Bersyukur karena Ia telah menjadikan kita satu tubuh di dalam diri-Nya.