Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 13. UPAH MELAYANI

kelner-51589-500x334

Melayani jelas akan menghasilkan upah, dan upah itu tidaklah sedikit. Jauh melampaui konsekuensi yang kita tanggung. Ketika kita memikirkna hal tersebut, itu akan memotivasi kita untuk tetap melayani.

FAKTA-FAKTA ALKITABIAH MENGENAI UPAH

1 Korintus 3:10-14

3:10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

3:11 Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,

3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.

3:14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.

 

3 fakta utama tentang upah:

  1. Kebanyakan upah akan kita terima di surga, bukan di dunia

Upah bukan hanya didapat setelah kematian saja tetapi ada juga yang kita terima selagi kita ada di dunia ini. Dunia saja menyediakan upah berupa kehormatan-kehormatan khusus bagi orang –orang tertentu misalkan saja Navy Cross, Nobel prize, academy award, dll. Sama halnya dengan pelayanan, tuhan juga akan memberikan kita upah untuk hari tersebut ketika “Pekerjaan masing-masing orang akan Nampak.” Kebanyakan upah yang akan diterima oleh pelayan akan diberikan setelah kematian, bukan sebelumnya

 

  1. Semua upah diberikan berdasarkan kualitas dan bukan kuantitas

Kita manusia seringkali terkesan akan ukuran da nisi serta bunyi dan jumlah. Betapa mudahnya kita melupakan bahwa mata Tuhan selalu tertuju pada motivasi, kemurnian, kebenaran sejati di balik permukaan, tidak pernah pada apa yang tampak dari luar. Ketika Tuhan memberikan upah pada para pelayan, Ia melakukannya berdasarkan kualitas, artinya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh upah.

 

  1. Upah yang tertunda tidak akan dilupakan

Tuhan tidak akan membayar upah ketika satu hari berakhir. Namun Ia juga tidak menutup bukuNya ketika seseorang mengakhiri kehidupannya. Ketika hari kekekalan tiba, ketika dunia berakhir, maka tidak ada satu pun pelayanan kepada orang lain yang akan dilupakan, baik pelayanan yang diketahui maupun yang tidak diketahui oleh orang lain. UpahNya mungkin ditunda, tetapi tidak akan dilupakan selamanya.

JANJI-JANJI TUHAN KEPADA PELAYAN-PELAYANNYA

Seseorang pernah menghitung semua janji Tuhan yang ada di dalam Alkitab dan hasilnya adalah jumlah yang mengagumkan, yakni hamper 7500. Dari sekian banyak janji itu, ada janji-janji khusus yang dapat dipegang oleh para pelayan saat ini juga. Adakalanya satu-satunya pengharapan yang bias membuat kita terus maju adalah mengingatkan diri anda tentang janji-janjiNya. Ada dua bagiandari janji tuhan kepada kita:

 

  1. Berkaitan dengan kesetiaan Tuhan

Mari kita lihat beberapa ayat yang menunjukkan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita.

 

Yesaya 41:10

41:10 janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

 

Yesaya 49:14-16

 

49:14 Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.”

49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

49:16 Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.

 

Filipi 4:19

 

4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.

 

Sungguh luar biasa Tuhan kita mengawasi dan memperhatikan kita lebih daripada kesetiaan seoran gibu yang menyusui. Ia tidak akan pernah melupakan milik kepunyaanNya. Apa artinya ketika kita katakana bahwa Allah setia? Artinya Ia tidak akan goyah dalm kesetiaanNya kepada umatNya. Ia tidak akan meninggalkan kita dalam kesulitan dan Ia berpegang teguh pada kesetiaanNya akan jani-janjiNya. Ia menepati kata-kataNya. Kesetiaan mengandung pengertian dapat diandalkan, tegas, teguh, dan konsisten. Tuhan tidak pernah berubah-rubah, Ia tidak memiliki sikap sebentar panas sebentar dingin. Ia mengingat pekerjaan kita, setiap tindakan individu. Ia juga memperhatikan kasih di dalam diri kita, yang mendorong kita melakukan perbuatan tersebut.

 

  1. Berkaitan dengan kesetiaan kita

 

1 Korintus 15:58

15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

 

Galatia 6:9-10

 

6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

 

Efesus 6:7-8

 

6:7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.

6:8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

 

Ada 3 hal yang penting tentang janjiNya yang berkaitan dengan kesetiaan kita:

  1. Tidak akan sia-sia
  2. Kita akan menuai
  3. Kita akan menerima balasannya

 

Tuhan telah mengatur “sistem pemberian upahNya” sedemikian uniknya. Ia memberikan kepada para pelayanNya, baik upah sementara maupun upah yang kekal.

 

# Upah sementara (upah yang kita terima selama kita masih ada di dunia ini)

# Upah yang kekal (upah yang kita terima dalam kekekalan)

# Mahkota

  1. Mahkota yang abadi (1 Korintus 9:24-27)

Upah ini dijanjikan bagi mereka yang menang dalam gelanggang pertandingan hidup. Mereka melatih dan menguasai tubuh. Orang yang terus menerus menaklukkan keinginan daging mereka dibawah kontrol Roh Kudus, melaksanakan kebenaran dari Roma 6:6-14.

 

  1. Mahkota kemegahan (Filipi 4:1, 1 Tes 2:19-20)

Upah ini dijanjikan bagi mereka yang memenangkan jiwa, yang dengan setia mengabarkan injil, membawa jiwa-jiwa kepada Kristus, dan membangun mereka di dalam Dia. Ingat upah tersebut akan didasarkan kepada kualitas dan bukan kuantitas.

 

  1. Mahkota Kebenaran (2 Timotius 4:7-8)

Upah ini dijanjikan kepada mereka yang menjalani hidup setiap harinya, dengan cinta kasih dan kerinduan akan kedatanganNya yang segera. Mereka menjalankan kehidupan di dunia ini dengan memikirkan hal-hal yang memiliki nilai kekekalan.

 

  1. Mahkota kehidupan (Yakobus 1:12)

Upah ini dijanjikan kepada orang-orang kudus yang menjalani penderitaan dengan sikap mulia selama kehidupan mereka di dunia ini. Upah khusus ini tidak hanya dikaitkan dengan mereka yang bertahan dalam pencobaan tetapi juga dikaitkan dengan barang siapa yang mengasihi Dia.

 

  1. Mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:1-4)

Upah ini dijanjikan bagi mereka yang dengan setia menggembalajan kawanan domba Allah. Mereka yang dengan sukarela, pengabdian diri, rendah hati, dan menjadi teladan.

 

Wahyu 4:9-11

4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,

4:10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:

4:11 “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

 

Gambaran yang luar biasa dari para pelayan tuhan ketika berada di hadapan takhta Allah. Mereka tidak memamerkan semua mahkota mereka, bangga memamerkan pencapaian mereka. Para pelayan itu tersungkur dan menyembah, setelah melemparkan semua mahkota di hadapan takhta itu dan mengembalikan segala puji-pujian dan hormat hanya kepada Tuhan.

 

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 12. KONSEKUENSI MELAYANI

servant (1)

Logika dan keadilan adalah dua hal besar yang sangat mempengaruhi pola pikir kita. Jika saya melakukan hal benar, maka kebaikan yang saya dapat, dan jika saya melakukan hal yang salah maka hal-hal buruklah yang akan menimpa saya. Namun hidup tidak berjalan sebaik itu. Kita semua pasti pernah mengalami hal yang sebaliknya melakukan hal yang benar namun mendapatkan apa yang berlawanan. Kita tidak suka jika diperlakukan dengan tidak semestinya dan akan menimbulkan kemarahan.

PENGHARAPAN YANG REALISTIK KETIKA MELAYANI

Dalam melayani pun kita akan mengalami hal yang sama,tidak semua berjalan sebaik yang kita kita.

Menderita akibat melakukan yang benar

Ibrani 2:20-24

2:20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

2:21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

2:22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

2:23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

2:24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

 

Sebagian ayat tersebut masuk akal menurut standar logika dan keadilan kita, namun sebagian lagi tidak. Jika seseorang melakukan kesalahan dan kemudian ia menanggung akibatnya, sekalipun ia menanggungnya dengan sabar, maka tidak ada orang yang memuji dia. Tetapi apabila anda melakukan apa yang baik dan karnanya menanggung penderitaan dengan tabah dan penuh kesadaran, maka anda akan mendapat pujian dari Tuhan. Contoh. Penderitaan Yesus di atas salib, Ia manusia sekaligus Tuhan yang sempurna, Ia diperlakukan tidak adil, dibenci, difitnah, dipukuli, dan akhirnya secara kejam dipaku di kayu salib. Ia menanggung penderitaan yang mengerikan padahal seumur hidupnya Ia member dan melayani. Nah jika seseorang yang sesempurna itu saja diperlakukan manusia seperti itu, maka apalagi kita orang yang belum sempurna.

Respon terhadap perlakuan buruk

Menga;ami penderitaan akibat melayani bukanlah fenomena yang baru. Itu sudah berlangsung sejak dulu.

Ibrani 11:35-39:

11:35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.

11:36 Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.

11:37 Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.

11:38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

11:39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.

 

Disiksa, ditolak, diancam, lapar, sakit, menjadi martir, ditendang keluar laksana boneka dri kain…sekalipun mereka telah member dan melayani. Adalah hal biasa yang harus kita terima sebagai seorang pelayan. Jangan sampai kita berhenti melayani, terbakar oleh kemarahan dan diracuni olej kepahitan oleh karena diperlakukan tidak adil setelah melakukan kebaikan.

SISI GELAP MELAYANI

1 Korintus 4:8-9

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

 

Ada 4 hal yang tertera dalam ayat ini:

  1. Ditindas

Berasal dari kata yunani yang artinya adanya tekanan. Tekanan bisa bersal dari kedaan yang sulit atau orang-orang yang memusuhi. Ketika pelayan ditindas maka mereka akan merasa tertekan, terganggu dan tersiksa. Kata kerja Yunani, thilibo adalah kata yang keras yang terkadang berarti “memperlakukan dengan sikap bermusuhan”.

 

  1. Habis akal

Dalam bahasa yunani berasal dari gabungan kata-kata yang berarti tanpa jalan keluar. Hal ini menggambarkan kebingungan tidak tahu mau ke mana atau kepada siapa meminta tolong. Kesulitan yang membingungkan Karen tidak memiliki kebutuhan pokok, merasa malu, dan ragu-ragui untuk berbuat apa (tidak tahu harus berbuat apa)

 

  1. Dianiaya

Kata dianiaya berarti mengejar. Di dalam hal ini kata ini menandung pengertian dikejar, atau dicecar oleh arang lain secara aktif dan agresif yang melukiskan segala sesuatu mulai dari diancam sampai benar-benar diserang.

 

  1. Dihempaskan

Maksudnya adalah dijatuhkan, dikesampingkan, atau diusir. Ketika kita telah melayani dengan setia dan konsisten melakukan tugas kita, membantu dan melayani serta member kepada orang lain, tetap saja kadang-kadang kita akan dilempar dan ditolak.

 

PENJELASAN LEBIH JAUH MENGENAI KONSEKUENSI MELAYANI

 

2 Korintus 11:27-28

11:27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,

11:28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.

 

 

  1. Berjeri Lelah

Merasa tertekan dan stress adalah hal-hal yang dapat membuat saya kita lumpuh, bahkan kadang kala mematikan.

 

  1. Di dalam penjara

Delapan kali dalam perikop ayat ini Paulus menggunakan kata kindunos yang ditejermahkan dari kata bahaya. Dia mengalami kesepian yang mendalam di dalam penjara.

 

  1. Didera

Inilah realita mengerikan dari penyiksaan fisik. Pelayan-pelayan Tuhan seringkali dijadikan kambing hitam. Seperti Daniel yang tidak kedapatan celanya tetapi tetap saja menghadapi bahaya dimasukkan ke dalam gua singa, sesuatu yang secara fisik sangat mengancam nyawanya.

 

  1. Dalam bahaya maut

Semua hal di atas adalah hal standar yang akan dialami oleh seorang pelayan sampai saat ini.

SARAN-SARAN UNTUK MENGHADAPI KONSEKUENSI MELAYANI

Ada 2 kebenaran yang akan sangat membantu kita dalam menghadapi semua konsekuensi yang bisa kita terima ketika kita melayani:

#1. Tidak ada satu hal pun yang dapat menyentuh saya tanp terlebih dahulu melewati tangan dari Bapa surgawi. Tak ada satu hal pun.

#2. Segala sesuatu yang saya alami dirancang untuk mempersiapkan saya agar dapat melayani orang lain dengan lebih efektif. Segala sesuatunya

 

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 10. BAHAYA-BAHAYA YANG DIHADAPI SEORANG PELAYAN

image

Tragedi Jonestown menjadi peringtan bagi kita tentang betapa mengerikannya apaila seorang pemimpin sudah menjadi keterlaluan. Kalau boleh disingkat maka akan menjadi BAHAYA DARI KEKUASAAN TANPA BATAS. Saya teringat akan sebuah quote yang berkata “Absolut Power Intent to corrupt” kekuasaan yang tanpa batas dapat memimpin kita untuk melakukan hal yang korup.

BEBERAPA PANDANGAN UMUM YANG SALAH
· Para pelayan memiliki kekuatan khusus dalam diri mereka
· Para pelayan tidak bergumul dengan masalah sehari-hari
· Para pelayan terlindung dari bahaya-bahaya yang tidak kentara

Belajar dari kehidupan dari seorang pelayan di perjanjian lama, yaitu kehidupan Gehazi, bujang dari Nabi Elisa. Gehazi adalah orang yang memperhatikan keadaan lingkungan itulah sebabnya ia mengabarkan kepada elisa perihal wanita sunem yang tidak mempunyai anak. Sehingga akhirnya wanita sunem itu melahirkan anak. Gehazi adalah orang yang protektif terhadap elisa. Ketika wanita sunem itu mengahampiri elisa karena perihal kematian anaknya, gehazi malah mengusirnya. Disini kita melihat bahwa gehazi mengabaikan kebutuhan dan kepentingan orang lain demi melindungi tuannya elisa. Namun elisa mempunyai rencana untuk menyelamatkan anak dari perempuan sunem itu. Ada beberapa hal yang membuat gehazi frustasi. pertama meski gehazi melakukan percis semua yang dilakukan yang diminta elisa namun anak iu tidak hidup juga. Kedua waktu dalam memasak ada racun yang masuk dalam masakan dan gehazi yang diminta untuk memasak pada awalnya tetapi rlisa lah yg akhirnya mendapatkan pujian karena menawakan racun tersebut. Dia merasa dimanfaatkan mendapat cacian dan tidak dihargai. Ketiga waktu panglima naaman menjumpai elisa, namun elisa menolak bertemu dan memibta gehazi yang menemuinya. Disini gehazi mengalami dia disepelekan karena posisinya tidak dihargai. Dan ketika dia melihat semua hadiah yang ditawarkan lalu ia malah menemui panglima naaman dan beralasan bahwa dia diutus oleh elisa dan menyimpannya di rumahnya dan akhirnya dia menerima hukuman yaitu penyakit naaman.

Dari kisah gehazi di atas kita dapat menemukan 4 bahaya umum yang dapat kita hadapi sebagai seorang pelayan:
1 Terlalu melindungi dan ingin menguasai sendiri orang yang dilayaninya (Gehazi, yosua)
2 Merasa dimanfaatkan dan tidak dihargai
3 Mengalami penghinaan dan mendapat cacian yang tidak seharusnya kita terima
4 Memiliki keserakahan yang tersebunyi – keinginan untuk diberi upah

Kasih sejati yang mengalir dari pelayan-pelayan sejati tidak memperhitungkan siapa yang berbuat apa, dan tidak mengharapkan pujian dari orang lain. Dengan kata lain pelayan sejati akan terus berhati-hati terhadap perasaan bangga yang dapat membutakan.

Dari bahaya-bahaya umum yang amat realistis tersebut, paling tidak ada 3 pelajaran yang tepat saatnya bagi kita untuk mengingatnya:
1 Tidak ada seorang pelayan pun yang aman
2 Kebanyakan perbuatan-perbuatan baik kita pada mulanya tidak mendapat upah
3 Semua motivasi harus secara jujur diselidiki

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 9. PENGARUH SEORANG PELAYAN

Image

Ada sebuah kisah yang menggambarkan pengaruh dari seorang pelayan. Almarhum Peter Marshall, seorang pembicara yang mahir dan selama beberapa tahun menjadi pembimbing rohani di Majelis Tinggi AS sering menceritakan kisah tentang “The Keeper of the spring (Penjaga Mata Air)”, seorang penghuni hutan yang tidak banyak bicara dan tinggal di Austria di sepanjang lereng timur pegunungan Alpen.

Beberapa tahun sebelumnya, seorang pejabat dewan kota yang masih muda memperkerjakan lelaki tua untuk membersihkan kotoran-kotoran dalam aliran air dari kolam-kolam di celah-celah gunung yang mengalir menuju mata air yang indah yang menyusuri desa mereka tersebut. Dengan setia dan secara diam-diam namun teratur, bapak tua itu memeriksa bukit-bukit, membersihkan daun-daun yang gugur serta ranting-ranting yang patah dan lumpur dapat menyumbat dan mengotori aliran air yang bersih tersebut. Maka segera saja desa tersebut menjadi tempat wisata yang terkenal yang menarik banyak orang tengah berlibur. Angsa-angsa yang indah berenang di sepanjang mata air yang jernih, kincir-kincir air dengan berbagi fungsi berputar siang dan malam, tanah-tanah pertanian diairi secara alamiah, dan pemandangan yang nampak dari restoran-restoran di sana sungguh indah tak terlukiskan.

Bertahun-tahun telah lewat. Suatu malam, dewan kota tersebut mengadakan rapat pertengahan tahun. Ketika mereka mengulasanggaran belanja, salah seorang dari mereka melihat angka-angka gaji yang dibayarkan kepada seorang penjaga mata air yang tak dikenal. Kata sang penjaga kas tersebut, “siapakah lelaki tua ini?” Mengapa kita terus membayar dia selama bertahun-tahun? Tak seorang pun pernah melihatnya. Yang jelas penjaga hutan tak dikenal ini tidak bermanfaat bagi kita. Dia tidak kita perlukan lagi!” Akhirnya dengan suara bulat mereka memecat lelaki tua itu.

Selama beberapa minggu, tidak terjadi apa-apa. Menjelang muisim gugur, pohon-pohon mulai mengugurkan dedauan. Ranting-ranting kecil mulai patah dan jatuh ke kolam-kolam, menghambat aliran air yang jernih. Suatu senja, seseorang memperhatikan samar-samar ada warna coklat kekuning-kuningan yang timbul di mata air tersebut. Beberapa hari kemudian, mata air tersebut mulai menjadi keruh. Dalam waktu seminggu, lapisan lendir menutupi beberapa bagian dari permukaan air di sepanjang sungai tersebut dan mulailah tercium bau busuk. Kincir-kincir air mulai berputar dengan lambat, bahkan beberapa sudah berhenti sama sekali. Angsa-angsa mulai pergi demkian juga para turis. Wabah penyakit pun mulai menjangkiti desa tersebut.

Dengan sedera, dewan kota yang merasa malu tersebut mngadakan rapat khusus. Mereka menyadari kesalahan besar mereka dalam menilai, dan akhirnya sepakat untuk mempekerjakan kembali lelaki tua penjaga mata air tersebut. Dan dalam beberapa minggu, aliran sungai tersebut pun mulai bersih kembali. Kincir-kincir air mulai berputar, dan kehidupan baru di desa kecil di pegunungan Alpen tersebut mulai dipulihkan. Nah di dalam kisah ini terkandung analogi yang relevan dan hidup, yang langsung berkaitan dengan jaman dimana kita hidup ini. Apa artinya si penjaga mata air bagi desa tersebut, sama dengan arti pelayanan Kristen bagi dunia kita. Fungsi garam yang dapat mengawetkan dan menambah cita rasa serta fungsi terang yang memberikan pengharapan dan pencerahan mungkin hanya samar-samar dan sepertinya tidak diperlukan. Tetapi sesungguhnya Tuhan tengah menolong masyarakat yang mencoba hidup tanpa mereka! Si desa tanpa si penjaga mata air adalah contoh yang baik dari sistem dunia yang tanpa garam dan terang.

PENAFSIRAN TENTANG KEGENTINGAN JAMAN KITA INI

Kita dapat menemukan 3 gambaran tentang dunia kita ini:

1         Sukar

Salah satu terjemahan menebutnya dengan kata berbahaya (KJV), mengerikan (NIV). Kata yang dalam bahasa yunanin berarti “menyedihkan, keras, ganas, kejam”

2         Bobrok

Artinya bahwa secara rohani, manusia sudah rusak, serusak-rusaknya. Mati dihadapan Allah. Tidak tergerak oleh hal-hal yang rohani. Keras hati dan gelap di dalamnya.

3         Disesatkan

PENGARUH BAIK YANG SANGAT DIPERLUKAN

#GARAM DUNIA

  • Menambah cita rasa
  • Mengawetkan
  • Menimbulkan rasa haus
  • Obat

Aspek praktis yang positif dari garam

  • Garam harusnya ditabur….bukan dituang

Terlalu banyak garam merusak cita rasa. Sebuah peringatan bagi orang Kristen untuk menyebar dan tidak hanya berkumpul dengan sesama orang Kristen dan tidak mau berbaur

  • Garam menambah cita rasa… tetapi tidak menonjol

Tidak pernah kita mendengar komentar, “wah garamnya enak,” sebaliknya kita sering mendengar”Makanan ini gurih”

  • Garam tidak sama dengan penyedap rasa lainnya

Perbedaanya dengan yang lain adalah kekuatannya. Garam tidak dapat dibuat tiruannya, dan harus ditaburkan baru berguna. Garam yang hanya disimpan di tempatnya tidak berguna.

#TERANG DUNIA

Karakter terang:

  • Terang itu diam. Tidak ada suara, tidak menimbulkan berisik, tidak ada spanduk-spanduk
  • Terang itu memberi arah
  • Terang menarik perhatian

JAWABAN SETIAP PRIBADI TERHADAP PANGGILAN KITA

1         Saya berbeda

Tragedi terbesar dari kekristenan sepanjang sejarah adalah kecenderungan kita untuk menjadi serupa dengan dunia dan bukannya berlainan.

2         Saya bertanggung jawab

Kita bertanggung jawab agar garam kita tidak kehilangan rasanya dan terang kita tidak tersebunyi.

3         Saya memiliki pengaruh

Hidup dengan irama dan nilai yang berbeda membuat kita memiliki pengaruh dalam masyarakat kita ini seperti bapak penjaga mata air tersebut.

Meningkatkan Pelayanan Anda

Bab 7. LUKISAN SEORANG PELAYAN BAGIAN PERTAMA

image

“Jika besar nanti, kamu mau menjadi seperti apa?”

Inilah pertanyaan yang paling sering kita tanyakan kepada anak-anak dan jawabannya sangat beragam. Nah sekarang mari kita tanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang lain. Bayangkan kita bertanya kepada Tuhan Yesus apa yang Ia harapkan ketika kita besar nanti. Saya percaya Ia akan memberikan jawaban, “Saya ingin kamum menjadi seorang yang berbeda… menjadi seorang pelayan.”

Dari sejak kecil kita selalu mencita-citakan menjadi hal besar, namun siapa dari kita yang pernah berkata “saat saya besar nanti saya mau menjadi pelayan?”. Kebanyakan dari kita akan berpikiran amat rendah, menghina, kurang bermartabat. Jerry White dalam bukunya Honesty, Morality, & Conscience berbicara tentang konsep melayani sesama: orang-orang Kristen seharusnya menjadi pelayan bagi Tuhan dan sesamanya. Tetapi kebnayakan dari kita menjalani bisnis dan pekerjaan dan hidup ini secara umum. Dengan sikap “Apa yang dapat saya peroleh?”dab bukannya “Apa yang dapat saya berikan?”.

Yang dimaksud menjadi pelayan, adalah melayani Tuhan dan juga sesame. Melayani Tuhan sang Raja di atas segala raja cukup memberikan semangat, namun ketika pelayanan juga berbicara tentang melayani sesama, kita mulai memikirkan kosekuensinya. Kita merasa mulia ketika melayani Tuhan, dan merasa rendah ketika melayani manusia. Melayani Tuhan akan menguntungkan; melayani manusia, terutama mereka yang tidak dapat membalas, tidak mendatangkan keuntungan atau kemuliaan dari siapapun kecuali dari Tuhan. Yesus memberikan kita teladan Ia dating bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mat 20:28). Untuk menjadi pelayan Tuhan kita juga harus menjadi pelayan dari manusia.

Konsep melayani orang harus melandasi semua yang kita kerjakan baik di dalam dunia usaha dan pekerjaan. Ketika kita melayani maka kita memikirkan lebh dulu orang yang tengah kita coba untuk layani. Seorang pekerja yang jujur dalam pekerjaannya akan menghormati tuhan dan menambah nilainya di mata atasannya. Sebaliknya pegawai yang melayani diri sendiri jarang dihargai di perusahaan mana pun.

PERINTAH TUHAN YESUS : “JADILAH BERBEDA!”

Kotbah di bukit adalah salah satu kotbah pengajaran Yesus yang paling terkenal. Inti dari kotbah Yesus di bukit adalah memberikan kita standar untuk menjadikan kita orang yang berbeda. Bebrapa kali dalam Matius 5:21-44, kata “Kamu telah mendengar….. tetapi Aku berkata kepadamu….”Tuhan Yesus meengajarkan kita untuk tampil beda dengan apa yang sudah lama ditunjukkan oleh dunia ini.

Selanjutnya kita akan membahas tentang isi kotbah di bukit tentang 8 Ucapan Bahagia yang merupakan karakter dari seorang pelayan. Pertama kita akan melakukan pengamatan umum:
1. Kedelapan Karakter dasar tersebut merupakan ciri dari pelayan yang sejati
2. Karakter-karakter dasar tersebut membuka pintu kebahagiaan yang berasal dari dalam
3. Setiap karakter dasar tersebut dikaitkan dengan  sebuah janji yang sesuai
ANALISIS DARI EMPAT KARAKTER DASAR

#1. ORANG YANG MISKIN DIHADAPAN ALLAH

Orang yang benar-benar rendah hati di hadapan Tuhan adalah mereka yang berpaling kepadaNya dengan ketergantungan yang absolut, akan diberikan tempat dalam kerajaanNya

#2. ORANG YANG BERDUKACITA

Orang yang menunjukkan belas kasihan bagi mereka yang kekurangan, mereka yang terluka, akan menerima (sebagai imbalan) banyak penghiburan dalam kehidupan sehari-hari

#3. ORANG YANG LEMAH LEMBUT

Orang yang memiliki kekuatan yang terkendali, yang menghadirkan keramahan yang menenangkan dalam suatu situasi yang memanas, akan mendapat kemenangan.

#4. ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN

Orang yang memiliki hasrat yang kuat akan kebenaran, baik secara sorgawi maupun duniawi, akan menerima dari Tuhan kelegaan dan kepuasan pribadi yang berkelimpahan.

Sebelum kita membahan keempat karakter lainnya, ingatlah inti dari bab ini adalah menjadikan anda menjadi orang yang mempunyai kualitas dan nilai hidup yang berbeda dengan orang lain. Cobalah menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini dengan jujur:
· Apakah saya benar-benar berbeda?
· Apakah saya menganggap serius semua ini… sehingga saya rela untuk berubah?
· Apakah saya sudah memahami betul-betul bahwa melayani orang lain adalah salah satu sikap yang paling mirip dengan Kristus yang dapat saya miliki?
· Perbedaaan yang nyata macam apakah yang akan terjadi dalam diri saya setelah membaca pokok-pokok pikiran dalam bab ini?
Pertanyaan terpenting bukanlah “jika besar nanti, kamu mau menjadi apa?”tetapi “setelah engkau dewasa sekarang, sedang menjadi seperti apakah engkau?

Meningkatkan Pelayanan Anda

Bab 6. BERPIKIR SEBAGAIMANA LAYAKNYA SEORANG PELAYAN BUKAN PERBUDAKAN PIKIRAN

image

Berpikir sebagaimana layaknya seorang pelayan sangat penting kita pahami, karena selalu saja ada orang-orang yang akan memanfaatkan para pelayan dan menjadikan mereka budak. Itulah yang dijadikan senjata oleh para pemimpin bidat. Rahasia kesusksesan mereka adalah menguasai pikiran. Mereka mengingini pikiran kita, dan tidak akan puas sebelum mutlak menguasainya. Tujuan utama yang ingin mereka capai adalahmodifikasi tingkah laku, yang merupakan kata lain dari pencucian otak.

Cara Kerja para pemimpin bidat ini:
1. Menghapus Program
Mereka menghapus program para pengikut baru mereka dengan meyakinkan bahwa apa yang selama ini mereka pikir benar adalah salah. Setelah itu mereka menaklukkan kemauan mereka, menetralkan otak mereka dan membuat mereka menerima apa saja yang diberitahukan kepada mereka.

2. Diprogram Ulang
Mereka diindoktrinasi, semua kepercayaan lama diganti dengan ajaran dari bidat tersebut. Gaya seperti ini telah dipraktekkan oleh Nazi, komunis gaya soviet dan rezim totaliter di seluruh dunia.

Kesetiaan yang membabi buta bukanlah sikap seorang pelayan. Waspadalah terhadap bahaya-bahaya dalam pelayan-pelayanan lain yang sifatnya mengambil manfaat secara tidak adil dari orang-orang yang dilayani. Setiap pelayanan yang memerlukan kesetiaan yang membabi buta dan ketaatan yang tidak bisa ditawar harus kita curigai. Seperti: Penyalahgunaan kekuasaan, kesetiaan kepada seorang pemimpin manusia secara berlebih-lebihan, pertanggungjawaban yang tidak sehat dan intents yang menggunakan intimidasi, ketakutan dan rasa bersalah untuk meningkatkan otoritas.

Orang-orang yang lemah dapat menjadi mangsa dari orang-orang yang paranoid yang mengangkat dirinya sebagai “mesias” sehingga bukannya mengakibatkan pertumbuhan rohani, melainkan pemerasan dan hilangnya martabat manusia. Waspadalah terhadap “pemimpin bionik” yang memiliki segudang karisma, orang yang top yahng terkenal, memiliki segudang talenta, kemmampuan dan daya tarik yang besar yang memfokuskan perhatian terhadap diri mereka sendiri atau organisasi mereka. Seorang pemimpin sejati seharusnya secara sadar mengarahkan kesetiaan dan penyembahan hanya kepada Tuhan Yesus.

PENTINGNYA PIKIRAN YANG DIPERBAHARUI

Kita harus berpikir sedemikian rupa seperti Kristus sehingga pikiran kita beketja dengan cara yang berbeda dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Roma 12:2 berkata “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.“ jangan biarkan dunia membentukmu! Berhentilah meniru sistem pemikiran, jenis pertimbangan, metode operasi, serta gaya dan teknik dunia sekelilingmu! Bagaimana caranya? Dengan mengadakan transformasi dari dalam. Hidup berbeda dimulai dengan berpikir secara berbeda. Filipi 2:5 berkata “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,..” untuk menjadi pelayan yang sejati, pikiran kita harus diperbaharui

PEMIKIRAN YANG BERLAKU DI DUNIA MASA KINI

2 Korintus 10:1-7 berkata
” 10:1 Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
10:2 Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.
10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
10:6 dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.
10:7 Tengoklah yang nyata di depan mata kamu! Kalau ada seorang benar-benar yakin, bahwa ia adalah milik Kristus, hendaklah ia berpikir di dalam hatinya, bahwa kami juga adalah milik Kristus sama seperti dia.”

Orang di korintus adalah kumpulan orang yang keras kepala, sekalipun sudah lahir baru merekaseringkali bertingkah laku duniawi karena memiliki mentalitas sekuler. Pikiran mereka belum diperbaharui. Di dalam ayat perikop diatas ada 5 hal yang penting:

1. Mereka tidak objektif tetapi sebaliknya berprasangka buruk (ay.2)
2. Mereka lebih berfokus pada apa yang kelihatan dibanding apa yang tidak kelihatan (ay.3)
3. Mereka lebih mengandalkan kekuatan manusia dan bukan kekuatan dari Tuhan (ay. 4)
4. Mereka lebih mendengar kepada manusia disbanding kepada Tuhan (ay.5)
5. Mereka melihat segala hal secara dangkal dan tidak secara mendalam (ay.7)

Apabila keduniawian kita yang berkuasa maka pertimbangan kita tidak akan mendalam, pemikiran yang dangkal, tertutup, tidak mau bergantung, terlalu terpaku pada manusia dan tidak memiliki focus secara rohani. Apabila kita menjadi serupa dengan dunia, maka dunia akan membentuk kita dalam banyak hal.

HALANGAN-HALANGAN MENTAL TERHADAP SUARA TUHAN

Banyak pesan Tuhan yang mengalami saringan yang akhirnya tidak sampai dengan benar dalam hidup kita. Dari ayat di 2 korintus 10 tadi ada dikatakan 4 hal yang harus kita pahami mengenai banteng-benteng, siasat, keangkuhan hidup, pikiran.

1. Tembok “Benteng” jiwa kita
Tembok disini bisa berarti prasangka, mentalitas negatif, pemikiran yang sempit yang menahan dengan kuat masukan dari Tuhan. Kita semua memiliki benteng-benteng yang harus kita hancurkan.

2. Penjaga-penjaga “siasat” jiwa kita
Alasan-alasan manusiawi yang wajar yang memperkokoh penjagaan tembok kita, yakni mekanisme pertahanan, rasionalisasi, dan pola pikir lainnya yang telah menjadi kebiasaan kita. Dalam roma 2:15 kita bisa melihat ada 2 “penjaga-penjaga” yang menuduh dan membela. Ketika Tuhan mendorong kebenaran untuk memperbaharui pikiran kita, maka kebiasaan kita secara reflex akan “menjaga” masuknya pikiran-pikiran asing. Itulah sebabnya mengapa kita begitu bergumul ketika kita mendapat kebenaran yang akan mengubah pikiran kita yang telah ditemboki dan dijaga oleh pemikiran sekuler. Kita lebih suka mempertahankan daripada mempertimbangkan dan menerima yang baru. Siasat kita menjaga aktia dari perubahan, sehingga mengakibatkan kita merasioalkan dan memcari pembenaran dari tindakan-tinadakan kita

3. Menara-menara “keangkuhan hidup” jiwa kita
Keangkuhan yang memperkuat sistem pertahanan ktia dari dalam. Keangkuhan adalah hal-hal yang kita tinggikan dan agungkan. Hal-hal yang diakibatkan oleh kesombongan: perdebatan, jiwa yang tidak mau diajar, keras kepala, dan tidak mau berubah. Ketika prinsip kebenaran Tuhan dinyatakan pikiran kita yang belum diperbaharui tidak hanya akan menolak namun akan berkata “siapa yang perlu hal itu?”, atau “selama ini saya baik-baik saja.”

4. Manusia berstrategi, “pikiran-pikiran” jiwa kita
Pikiran-pikiran kita sangat mempengaruhi masuk tidaknya kebenaran Firman tuhan dalam hidup kita. Pikiran yang belum diperbaharui akan memberikan respons “tidak bisa” kepada setiap kebenaran Firman Tuhan. Satu hal yang harus kita ingat bahwa kita benar-benar tidak memiliki alasan apapun untuk mempertahankan mentalitas sekuler kita. Ketika Tuhan Yesus sungguh-sungguh menguasai pikiran kita, dan kita menaklukkan pikiran kita kepadaNya, maka secara rohani kita menjadi tidak terkalahkan. Kita memiliki kekuatan supranatural. Kita berjalan di bawah kuasa Tuhan yang sempurna.

KEMAMPUAN SUPRANATURAL DARI “PIKIRAN YANG DIPERBAHARUI”

Ada 2 manfaat dari pikiran yang telah dipebaharui, yaitu; kekuatan dari Tuhan (ay. 4) dan kebebasan untuk menjadi diri sendiri (ay. 11-12)

KEKUATAN DARI TUHAN

Bagaimana kita dapat “meruntuhkan” hal-hal yang dahulu kita puja? Dengan membiarkan Kristus menjalani HidupNya memalui hidup kita. Dengan kekuatan dariNya kita dapat memberi, memberi, dan terus-menerus memberikan diri kita. Dan kita tidaks takut akan akibatnya. Bahkan kita tidak akan merasa telah diabaikan ketika kita tidak mendapat balasan perlakuan yang sama. Para pelayan, ingatlah jangan “mengadakan perhitungan”.

KEBEBASAN UNTUK MENJADI DIRI SENDIRI

2 Korintus 10:11-12 berkata:
“10:11 Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka.
10:12 Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!”

Tidak ada topeng kepura-puraan, tidak ada persaingan dengan sesame orang percaya, bahkan tidak terjebak untuk membandingkan diri dengan orang lain. Semua ini hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki pikiran yang telah diubahkan.

SIKAP SEORANG PELAYAN DIMULAI DARI DALAM PIKIRAN

Semuanya dimulai dari pikiran. Kelakuan yang benar pun selalu didahului oleh pikiran yang benar. Disertai dengan sebuah doa yang sederhana yang terdiri atas 3 kata “Ubahlah saya, Tuhan”.

Meningkatkan Pelayanan Anda

Bab 5. SEORANG PELAYAN SEBAGAI ORANG YANG DAPAT MELUPAKAN

image

Kata “Saya akan memaafkan…TETAPI saya tidak akan pernah melupakan.” Adalah kata paling pasaran yang bisa kita dengar dalam setiap akhir dari sebuah konflik. “Tidak dapat melupakan “ adalah respons yang paling wajar yang biasa dam kita anggap wajar namun hal ini sebenarnya justru dapat mendatangkan akibat yang tragis. Tidak mampu untuk mengampuni dan melupakan adalah seumpama membangun menara kedengkian yang akan membawa kita pada masalah yang lebih serius. Banyak gereja yang akhirnya pecah hanya karena masalah yang sepele dan kemudian berpiutar ke arah yang berlainan, memisahkan diri dan bersikeras pada pendiriannya secara membabi-buta?

Seorang pelayan seharusnya memiliki jiwa besar. Cukup besar untuk terus maju, mengingat –ingat kebaikan dan melupakan kesalahan. Seperti pepatah kuno yang mengatakan “Tuliskan luka-lukamu diatas debu, dan keuntungan-keuntungan di atas marmer.”

DAPATKAH PIKIRAN KITA BENAR-BENAR MELUPAKAN?

Dr. Earl Radmacher menggambarkan : “Pikiran manusia laksana sebuah computer yang hebat. Kenyataannya tidak ada seorang pun yang mampu merancang sebuah computer yang serumit dan seefisien seperti pikiran manusia. Pikirkanlah ini: Otak Anda mampu mencatat 800 ingatan per detik selama 75 tahun tanpa pernah merasa lelah….” Tubuh kita bisa menjadi lelah, tetapi otak kita tidak pernah lelah. Para Ahli mengatakan bahwa manusia sebenarnya hanya menggunakan tidak lebih dari 2% dari kemampuan otaknya. Kita tidak akan pernah benar-benar melupakan sesuatu; kita hanya tidak mengingatnya lagi. Setiap hal tersimpaan secara permanen di otak kita.
Nah yang perlu kita mengerti adalah bahwa melupakan disini bukan berarti melupakan dalam pengertian secara teknis atau harafiah. 1 Korintus 13:4-5 : “13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.” Dalam terjemahan J.B. Phillips ayat-ayat ini dijelaskan seperti:
Kasih yang saya bicarakan disini adalah kasih yang tidak gampang kehilangan kesabaran; selalu mencari cara untuk membangun. Kasih tidak bersifat ingin menguasai; juga tidak terus menerus berupaya untuk mempesona atau mengharapkan pujian-pujian yang melambung atas kehebatan diri sendiri. Kasih berkelakuan yang baik dan tidak mengejar keuntungan pribadi yang egois. Kasih tidak mudah tersinggung. Tidak juga menyimpan dendam atau iri terhadap kejahatan orang lain. Sebaliknya, kasih bersukacita bersama-sama dengan semua orang yang baik ketika kebenaran bertakhta.

ketika mempraktekkan kasih yang tulus, maka para pelayan sejati tidak akan menyimpan dendam. Webster memeberikan definisi lupa senagai “hilang ingatan akan…memperlakukan dengan sikap acuh tak acuh atau tidak memperdulikan….tidak memperdulikan dengan sengaja MENGABAIKAN: berhenti mengingat atau memperhatikan… gagal menyadari pada waktu yang tepat”.

Oleh sebab itu, jikalau kita berbicara mengenai “melupakan”, maka maksudnya adalah:
· Menolak untuk menyimpan dendam (1 Korintus 13:5)
· Mampu menahan diri dari melakukan pelanggaran (Mazmur 119:165)
· Tidak memiliki sikap menghakimi (Matius 7:1-5)

Dan sebenarnya bukan hanya hal yang buruk saja yang harus kita lakukan, tetapi juga perbuatan yang baik pun harus kita lupakan. Tidak perlu berupaya menunjukkan betapa baiknya kita. Meningkatkan pelayanan kita mencakup juga melupakan jasa pelayan kita.

LEBIH JAUH LAGI TENTANG PELAYANAN

Filipi 3:12-14
“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

Di dalam ayat ini teruangkap 3 pernyataan:
1. “Aku belum menangkapnya.”
2. “Aku melupakan apa yang telah di belakangku.”
3. “Aku mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku.”
Dari ini kita bisa mendapatkan 3 ciri sikap penting dari sikap seorang pelayan: rentan, rendah hati, dan bertekad bulat.

RENTAN

Kurang dari tiga kali dalam Filipi 3:12-13:
1. “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini..” (ay 12)
2. “….atau telah sempurna” (ayat 12)
3. “….Aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya….”(ayat 13)

Rentan berarti rela menyatakan kebutuhan-kebutuhan pribadi, mengakui keterbatasan dan kegagalan yang dimiliki, memiliki jiwa yang ma uterus diajar, dan yang terutama enggan dianggap ahli, orang yang serba tahu, atau orang yang memiliki kuasa untuk menentukan. Nah masalahnya seringkali kita menginginkan reputasi Kristen lebih daripada kita menginginkan Kristus.

RENDAH HATI

“Aku melupakan apa yang telah dibelakangku” adalah suatu pernyataan bahwa dia bukanlah orang yang terpaku pada masa lalu. Dia tidak menghiraukan prestasi-prestasi dan juga kesalahan-kesalahan orang lain terhadapnya. Paulus adalah orang yang rendah hati, ia melupakan apa yang ada dibelakangnya. Dengan sengaja ia tidak mengingat-ingat mereka yang telah bersalah kepadanya. Salah satu contoh tokoh alkitab yang juga sama adalah Yusuf tidak mengingat-ingat sakit hatinya. Malah anak pertamanya diberi nama Manasye yang dalam Bahasa Ibrani artinya “lupa” Kejadian 41:51:” Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.”

Yesaya 54:4-5
Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.

Tuhan berjanji bahwa kita dapat melupakan oleh karena Dia sendiri yang akan menggantikan tempat bagi kenangan-kenangan pahit.

BERTEKAD BULAT

Seorang pelayan yang menolak untuk berhenti dan berlabuh pada masa lampau adalah seseorang yang mengejar tujuan-tujuan pada masa depan. Orang seperti ini jarang sekali yang picik. Mereka terlalu sibuk untuk melaksanakan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu memikirkan masalah-masalah dan kepahitan-kepahitan masa lalu.

SEBUAH TANTANGAN : DUA PERTANYAAN

1. Adakah seseorang atau sesuatu yang tidak ingin saya lupakan, yang telah menghambat saya untuk berbahagia dan produktif?
Jika jawabannya ada, berhentilah dan nyatakan itu secara terbuka kepada Tuhan, mintalah agar Ia yang membuang kepedihan dan kepahitan tersebut.
2. Apakah saya telah menjadi korban perasaan mengasihani diri, dan menjalani kehidupan di dalam kelumpuhan emosi akibat penderitaan dan keputusasaan?
Jika jawabannya ya, berhenti dan pikirkan apa yang akan anda alami jika anda terus menerus memberi alasan untuk depresi anda itu, dan bukannya menyerahkan kepada Dia yang mampu menghilangkannya.

Kalau anda berpikir “sudah terlambat”, “sudah terlalu tua untuk berubah”. Keadaan anda “terlalu berat untuk diatasi…” maka ingatlah jangan lupa bahwa kita tidak akan pernah terlambat untuk memulai yang benar. Tidak akan pernah.

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 4. SEORANG PELAYAN SEBAGAI ORANG YANG RELA MENGAMPUNI

image

Mengampuni bukanlah mata pelajaran pilihan di dalam kurikulum pelayanan. Tetapi merupakan pelajaran yang wajib, dan tidak mudah untuk lulus ujiannya. Kisah seorang yang diberi nama Samaran  Aaron yang akhirnya meminta pengadilan membebaskan orang yang diperkarakannya dan juga rela menjalani hukuman dari para berandal yang telahmenyiksanyasangat tidak masuk diakal hakim yang akhirnya tetap menjebloskan para berandal tersebut. Kasih yang demikian tidaklah dapat dimengerti oleh orang banyak. Hanya ketika Aaron teringat akan apa yang telah Yesus lakukan buatnya yang memampukan akhirnya dia bisa mengampuni mereka dan bahkan rela menggantikan posisi mereka untuk menerima hukuman. Hal ini jugalah yang akhirnya menuntun sebagian besar para berandalan itu untuk mengenal Kristus.
Untuk dapat belajar tentang pengampunan kita perlu mengerti tentang:

PENGAMPUNAN TUHAN BAGI KITA

Mengampuni (seperti halnya member) akan meningkatkan pelayanan kita! Pengampunan Tuhan bagi kitalah yang memampukan kita untuk bisa mengampuni orang lain. Demi kita Yesus mengorbankan diriNya sebagai pengorbanan yang sifatnya tidak terbatas oleh ruang waktu…sehingga memungkinkan semua orang yang berpaling dan beriman kepada Yesus mengalamipengampunan Total, satu kali namun berlaku untuk selamanya.

PENGAMPUNAN ANTARA SESAMA KITA

Hanya ada 2 kemungkinan: kita yang bersalah atau kita yang menjadi korban. Namun apapun kemungkinan itu, kitalah yang harus duluan berinisiatif dulu. Seorang pelayan yag sejati tidak menyimpan dendam.

Efesus 4:31-32
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Mari kita lihat dari dua sisi pengampunan ini:

A. Ketika anda adalah orang yang melakukan kesalahan

Matius 5:23-24:”Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Ada  4 hal yang harus kita lakukan:
1.  Berhenti “Tingalkan persembahanmu di depan mezbah itu”
2. Pergi “pergilah”
3. Berdamai “Berdamailah dahulu dengansaudaramu”
4. Kembali “Lalu kembali untuk mempersembahkan persembahan itu.”

Kuncinya adalah kata “berdamai”. Kata ini berasal dari kata kerja dasar dalm bahasa Yunani yang berarti “mengganti, mengubah”…ditambah dengan sebuah awalan yang berarti “melalui”. Dengan kata lain kita diperintahkan untuk melalui suatu proses yang akan menghasilkan perubahan. Di ayat ini jelas bahwa orang yang bersalah harus berinisiatif mengambil tindakan.

Ada beberapa pertanyaan yang sulit yang mungkin timbul di dalam proses ini misalkan:

#1. Bagaimana kalau ia tidak mau mengampuni?
Yang paling penting untuk anda ingat adalah kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Dengan motivasi yang benar, jiwa yang tulus, waktu yang tepat, serta ketaatan kepada Tuhan, kita merendahkan diri (ingat kita sedang mengembangkan jiwa seorang pelayan) dan mencoba untuk menyelesaikan masalah. Tuhan akan menghargai usaha kita.orang yang terluka membutuhkan waktu untuk puih dari rasa terkejutnya dan kemudian membiarkan Tuhan mengubah hatinya. Dan ini kadang membutuhkan waktu yang lama.

#2. Bagaimana kalau kedaannya malah bertambah parah?
Ketika kita mencoba meluruskan masalah, kita seperti tiba-tiba menggoncangkan kesimbangan di dalam dirinya, sehingga menimbulkan persaan yang lebih tidak enak. Tetapi sekarang itu bukan lagi salah kta. Contohnya Raja Saul dan Daud muda, ketika Daud menjadi ancaman bagi raja Saul yang paranoid, tidak peduli betapa keras usaha Daud untuk menenangkan hati Saul, keadaanya makin memburuk. Perlu waktu bertahun-tahun bagi sang raja untuk menyadari bahwa Daud benar-benar tulus dalam usahanya membereskan masalah.

#3. Bagaimana kalau saya memutuskan untuk langsung saja berurusan dengan Tuhan dan tidak usah repot-repot serta mengalami rasa malu untuk berbicara dengan orang tersebut?
Memang kita akan lebih cenderung untuk melakukan apa saja yang memudahkan segalanya. Pertam ingatlah bahwa itu menentang perintah Tuhan. Tidak segera pergi adalah ketidaktaatan langsung bahkan hal tersebut mungkin mengakibatkan keadaan yang semakin memburuk.

#4. Bagaimana kalau orang tersebut sudah meninggal?
Dalam kasus unik seperti ini, kita dapat menceritakan perasaan bersalah anda dengan seorang yang dapat dipercayai, seorang teman dekat, seorang konselor, pendeta anda. Kehadiran seseorang yangpenuh pengertian dan yang dapat menguatkan dan memberikan kelegaan yang sanga kita perlukan. Sama seperti kisah waktu Daud yang akhirnya menyadari betapa berdosanya dirinya atas kematian Uria ia mengaku kepadanabi Natan betapa berdosanya ia, dan Natan segera menjawab dengan kata-kata yang menguatkan seperti “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu; engkau tidak akan mati…” (2 Sam 12:13)

B. Ketika Anda adalah orang yang disakiti

Matius 18:21
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”

Pertanyaan yang bagus dan relevan. Sejauh mana kita member batasan dalam hal mengampuni? Hari itu Petrus cukup murah hati, karena sebenarnya angka standarnya (menurut para rabi) adalah 3 kali. Petrus bahkan telah melipatgandakan dua kali dan menambahkan . namun Yesus menjawabnya dengan “bukan sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:22). Nah yang dimaksud disini bukanlah secara harafiah 490 kali, namun tidak terbatas.

Seperti perumpamaan tentang Raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya, yang kemudian akhirnya sang Raja murah hatimenghapus utang dari hambanya yan amat besar, namun malah sang hamba tidak mau menghapus utang dari saudaranya yang tidak seberapa itu, yang kemudian sang Raja menyerahksnnya kepada algojo-algojo sampai ia melunaskan seluruh hutangnya (Matius 18:23-34. Beberap hal yang mncul dalam bagian akhir cerita ini memberikanm kepada kita alas an mengapa kita harus mengampuni orang lain:

#1. Menolak mengampuni adalah perbuatan munafik
#2. Menolak mengampuni dapat mengakibatkan siksaan batin bagi kita

BAGAIMANA CARANYA MENGAMPUNI?

#1. Fokus kepada pengampunan Tuhan bagi kita.
Kita hanya dapat mengampuni sejauhmana kita bisa membayangkan pengampunan Tuhan bagi kita

#2. Selesaikan langsung dengan jujur semua kemarahan kepada orang lain.
Disini dikatakan mengampuni dan melupakan, namun apakah kita benar-benar bisa melupakan kejadian itu? Maksud saya seperti mengalami amnesia? Yang lebih tepat sebenarnya adalah mengingatnya dengan cara yang baru.

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 3. SEORANG PELAYAN SEBAGAI ORANG YANG MEMBERI

image

Ada banyak cara orang menggambarkan tentang pelayan, tetapi Yesus menggambarkannya dengancara yang berbeda. Banyak filsuf yang mendeskripsikan arti seorang pelayan amun ujung-ujungnya bermuara ke diri sendiri. Sampai-sampai ada sebuah lelucon yang berkata para filsuf adalah”orang yang membicarakan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti, namun kemudian membuat anda berpikir,itu kesalahan anda.”. semua pemikiran dari para fulsuf yang terkenal kebanyakan berpusat pada diri sendiri. Sama seperti pembahasan yang lalu hanya seputar me, my self dan mine.
Yesus berkata, “Jadilah seorang pelayan, berilah kepada orang lain.” Inilah filsafat yang dapat dimengerti oleh semua orang. Fil 2:3-4 berkata “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian artinya tidak membiarkan kedua kecenderungan itu mengontrol kita! Janga biarkan kedu hal ini mendapat tempat dalam diri kita. Gantikan keduanya dengan “kerendahan hati”. Bagaimana caranya? Dengan menganggp yang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Carilah cara untuk mendukung, menguatkan, membangun dan mendorong orang lain. Dan hal tersebut memerlukan sikap seorang yang lebih suka memberi daripada menerima.

Pikiran yang rendah hati adalah suatu siap hati, suatu mentalitas yang suah disetel begitu rupa yang bias berpikir seperti:
· “saya peduli dengan sekitar saya.”
· “Mengapa harus selalu saya yang utama?” kali ini saya ingin menolong orang lain untuk menang.”
· “Hari ini, saya memiliki keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengekang keinginan saya untuk bersaing dnegan hebat, dan sebaiknya saya akan memakai energy tersebut untuk memberi semangat paling tidak kepaa satu orang lain.”
· “dengan rela saya melepaskan cara saya. Tuhan, tunjukkan saya bagaimana Engkau akan berespons kepda orang lain, danbiarlah hal itu yang saya lakukan.”
Baiklah kita mmbaca beberapa ayat yang mengajarkan kita bagaimana seharusnya menjadi seorang pelayan:

Roma 12:10-13
“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!”

2 Korintus 4:5
“Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.”

2 Korintus 5:14-15
“Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”

Galatia 5:13
“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

1 Teslonika 2:7-8 ; 5:11
“Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.”

“Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”

Ibrani 10:24
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”

Menjadi seorang pelayan bukan berarti harus rendah diri. Kerendahan ahti yang sesungguhnya tidak boleh disalahartikan dengan ketidakmampuan atau kurangnya nilai diri. Seorang yang bergumul dengan citra diri yang tidak sehat tidak akan mampu memberi kepada orang lainseara benar dan memadai. Sikap rendah diri tidak dapat berdampingan dengan sikap tidak mementingkan diri sendiri.

Ada 3 hal utama bagi seorang pelayan yaitu memberi, memafkan dan melupakan. Ketiga dasar ini akan muncul ketika kita merenungkan kebenaran dari Filipi 2:3-4 (memperhatikan kepentingan orang lain” atau Galatia 5:13 (melayani orang lain dengan kasih). Kita tidak lagi selalu ingin menerima, sebalknya kita akan mulai mncari cara untuk memberi. Kita tidak lagi selalu menyimpan dendam kepada orang-orang yang menyakiti kita, sebaliknya kita akan berkeinginan untuk memaafkan. Dan kita tidak lagi mengingat-ingat apa yang telah kita lakukan atau siapa yang telh kita bantu, tetapi dengan sukacita kita melupakan perbuaatan-perbuatan baik kita dan tidak ingin diperhatikn. Kehausan kita akan pengakuan orang lain akan hilang secara nyata.

Di bab ini kita akan membahas khususnya mengenai seorang pelayan yang memberi. Yakni seorang yang dengan cepat, rela hati, dan dengan murah hati memberi agar orang lainboleh mendapat manfaat dan bertumbuh.

BAGAIMANAKAH SEORANG PELAYAN HARUS MEMBERI?

Paulus mengajarkan kita tentang sifat seorang pelayan yang memberi dari kisah di 2 Korintus 8:1-5:
“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.”

#1. Tidak ingin dikenal

Salah satu bukti dari pelayanan yang sejati adalah tidak ingin dikenal. Apabila kita menerapkan seni hidup yang tidak mmentingkan diri sendiri, kita lebih suka tetap tidak dikena. Bahkan kebnyakan orang yang penulis kenal yang memiliki hati seorang pelayan akan sangat risih apabil nama mereka disorot.

#2. Murah Hati

Ketika mereka memberi, sukacita mereka meluap, mereka dengan rela dan dengan pengorbanan memberi “melampai” kemampuan mereka. Pemberian mereka mengalir dengan kemurahan hati yang disertai pengorbanan. Ingat memberi disini tidak serta merta hanya sebatas uang belakan namun waktu, tenaga, perhatian dan kasih sayang kita. Ornesiforus merupakan contoh seorang pelayan yang kita perlukan: murah hai disertai dengan pengorbanan ketika ia terus berusaha mencari Paulus dan melakukannya dengan usaha keras.

#3. Sukarela

Jemaat di makedonia memberi dengan sukarela, bukan Karena ada orang yang memaksa mereka. Salah satu cara terbaik untuk membimbing orang lain memiliki jiwa yang rel adalah dengan memberi contoh. Hal ini mencakup hal-hal seperti menjngku orang tanpa diminta, dan peka merasakan kepedihan orang tanpa diberitahu.

#4. Secara Pribadi

Kita tidak mungkin bisa memberikan diri kita kepada orang lain sementara kita menjaga jarak atau tidak hadir secara pribadi. Keterlibatan pribadi amatlah perlu, sehingga dibutuhkan penyesuaian jadwal kita dengan kebutuhan orang lain. Keterlibatan secara pribadi seperti itu akan memperlihatkan kesungguhan dari kata-kta kita. Memberikan diri kita kepada Tuhan dan kepada orang lain menuntut lebih banyak hal dari sekedar kata-kata yang diucapkan.

Menurut kelima ayat pertamadalam2 Korintus 8, untuk menjadi seorang pelayan yang sejati diperlukan orang-orang yng memiliki kecintaan untuk memberi tanpa dikenal, tanpa menahan-nahan, tanpa segan-segan, dan tanpa membatasi diri. Dan orang seperti itu sulit untuk ditemukan !

BERAPA HARGA YANG HARUS KITA BAYAR SEWAKTU KITA MEBERI?

Mengikut Kristus sebagai muridNya adalah suatu keputusan yang mahal dan tidak egois. Diperlukan pengujian yang radikal terhadap gaya hidup kita yang berpusat pada diri sendiri. Hal yang mudah dikatakan namun sulit untuk dilakukan.

#1. Penyangkalan Diri dan Pikul salib
Mereka yang ingin mengikut Dia dari dekat  harus berhadapan dengan penyangkalan diri. Dan yang kedua keputusan untuk memberikan diri kepada orang lain (memikul salib) adalah masalah sehari-hari.

#2. Mengadakan Evaluasi Diri yang Menyeluruh

Kita perlu memeriksa sikap kita yang selalu ingin menguasai, cenderung menimbun dan menahan kekayaan, padahal seharusnya kita menginvestasikannya untuk hidup orang lain.

#3. Berpegang Teguh pada Komitmen
Untuk memulai sesuatu pasti akan mempunyai semangat yang sangat bergelora, namun bersamaan dengan berjalannya waktu, kegairahan tersebut sudah mulai hilang. Motivasi spontan untuk memberi kini berubah menjadi marathon yang menyengsarakan dan berkepanjanan. Paulus berkata “Teruskan!” Berpegang teguh pada komitmen apa pun merupakan hal yang mahal.

APAKAH HAL TERSEBUT BERHARGA UNTUK DIJALANKAN?

Meskipun pada waktu memberi kita harus membayar harg yang mahal dan tidak banyak teladan yang dapat kita temukan di sekeliling kita, namun penulis mendoron kita untuk menjadi orang yang berbeda. Ketika kita memberi, maka pada saat itulah kta paling mirip dengan Tuhan.

Meningkatkan Pelayanan Anda · Ringkasan Buku

BAB 2. ALASAN UNTUK TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

image

Saya, milik saya, diri saya sendiri adalah 3 kata yang selalu ada dalam benak bukan pelayan. Salah satu alasan mengapa kita begitu sulit mengesampingkan keegoisan kita dan mengadopsi jiwa seorang pelayan adalah karena kita didorong oleh impian-impian akan kesuksesan. Kita ingin menjadi pemenang. Kita hidup di dalam dunia yang sudah dipenuhi keinginan untuk sukses. Lusinan buku dan majalah setiap tahunnya, bersama sejumlah kaset dan video serta ratusan seminar, menawarkan ide-ide serta cara-cara baru baru memotivasi, masing-masing menawarkan jani akan kemakmuran. Kesuksesan merupakan bisnis besar. Tidak heran mengapa berpikir sebagaimana layaknya pelayan menjadi begitu sulit.

1 Petrus 5:5-7 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Dari ayat-ayat ini kita dapat mendapatkan 3 hal yang penting berkenaan dengan kesuksesan sejati yaitu: Otoritas, sikap hati dan kekhawatiran.

#1. Tunduklah kepada mereka yang bijaksana
Dengarkan nasihat mereka, bersedia mempertanggungjawabkan perbuatan kita kepada mereka, terbuka bagi teguran mereka, menerima usulan mereka, menghargai pengalaman-pengalaman serta meneladani mereka

#2. Rendahkanlah dirimu dibawah Tangan Tuhan yang perkasa
Dalam perjanjian baru tangan Tuhan melambangkan 2 hal: disiplinNya dan campour tanganNya. Pada saaat kita merendakan diri di bawh tanganNya, memohon Dia memberkati kita dengan jenis kesuksesan yang sesuai dengan kehendakNya, melalui caraNya, dan sesuai dengan waktuNya, berarti kita menerima disiplinNya demi kebaikan dan kemuliaanNya. Kita menolak untuk memanipulasi keadaan, menyiasati orang lain atau mempromosikan diri dengan cara melebih-lebihkan dan mengakui Tuhan di atas segalanya.

#3. Serahkan diri anda dalam kebaikan dan pemeliharaan Tuhan
Kekhawatiran pasti ada tetapi jangan hidup dalam kekhawatiran. Kesulitan dan kekecewaan akan muncul, ketakutan dan kecemasan akan menumpuk, dan bisa membuat anda depresi, so letakkan semua beban itu, serahkan kekhawatiran anda kepadaNya. Menyerahkan segalanya kepada tuhan bukan  berarti tidak boleh berencana atau menetapkan sasaran ataupun bertekun; tetapi maksudnya adalah jangan jadikan kesuksesan sebagi altar pribadikita. Apabila kita melibatkan Tuhan maka hasilnya akan menakjubkan dan kita tidak perlu membanggakan diri atas keberhasilan tersebut

PERSPEKTIF YANG BENAR

#1. Nilai diri yang baik tidak sama dengan keegoisan.
Tanpa kepercayaan diri yang kuat kita akan mudah terluka dan lumpuh dalam hidup ini. Citra diri yang jelek tidak sama dengan kerendahan hati dan bukan pula tanda seorang pelayan. Kenyataannya tanpa ego yang sehat, tanpa keyakinan bahwa Tuhan berserta kita, berpihak kepada kita, dan menopang hidup kita maka kita akan menjadi rapuh, mudah terluka dan tidak produktif. Jangan mencampur adukkan nilai diri yang kokoh dan kuat dengan keegoisan yang sia-sia.

#2. Menjadi orang Kristen bukan berarti keegoisan kita akan hilang secara otomatis.
Kita semua masih terus berjuang melawan keangkuhan hidup.

DASAR ALKITAB

Sebelum kita dapat benar-benar mengatasi suatu masalah, kita perlu mengerti betul-betul masalah tersebut terutama sumbernya. So mari kita bertolak ke masa adam dan hawa. Kondisi awal adam dan hawa adalah tanpa dosa, ayat terakhir dari kejadian 2 mengatakan “mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu tetapi mereka tidak merasa malu”

TELANJANG
Terbuka, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara semosi. Itu sebabnya mereka tidak merasa malu. Tafsiran Bahasa ibrani mengatakan bahwa mereka tidak merasa malu “satu sama lainnya”. Ada keterbukaan yang luar biasa, tidak memiliki kesadaran diri yang kuat satu sama lain. Percakapan, perbuatan serta seluruh keberadaan mereka tidak bersifat membela diri, tidak saling berjaga-jaga dan sama sekali tidak egois.

Hingga dosa masuk, dan dikatakan “maka terbukalah mata mereka berdua….” (Kej 3:7). Mata mereka terbuka, tiba-tiba ada suatu kesadaran yang mengejutkan bahwa mereka telanjang. Kesadaran diri, keprihatinan terhadap diri sendiri serta keegoisan muncul dalam hidup mereka. Dan seperti yang ktia tahu akhirnya mereka bersembunyi dari Tuhan dan  mulai saling menyalahkan. Kenyataanny hingga jaman sekarang itulah permainan favorit manusia, mencoba bersembunyi dari Tuhan sekalipun selalu kalah dalam permainan ini.
Akibat dosa mengakibatkan adam dan hawa:
1. Takut
2. Saling melempar kesalahan
Sampai sekarang pola ini belum berubah, kita sering tidak bersedia mengatakan yang sesungguhnya, kita bersembunyi, kita menghindar, kita berbohong, melarikan diri, saling menyalahkan, mengejek, mendominasi, dan mengkritik. Kita menusuk orang dengan perkataan kita dan kemudian mencari-cari alasan agar kita tidak harus mengetahuinya.

Tidak ada seorangpun dari kita yang bebas dari penyakit ini termasuk seorang pendeta. Sekarang yang memiliki jimat “jangan menyentuh orang yang diurapi oleh Tuhan”. Kecuali Yesus Kristus. Dialah yang memiliki kekebalan terhadap kontaminasi dosa. Hal ini jugalah yang mengakibatkan kita tidak secara alami menjadi seroang pelayan.  Leonard Bernstein, mantan pemimpin orkes besar dari new York Philharmonic mendapat pertanyaan “instrument apakah yang paling sulit dimainkan?” jawabannya sangat bijaksana: “pemain intrumen kedua”. Kita bisa saja dengan mudah mendapat pemain yang bersedia sebagai pemain utama tetapi tidak untuk mendapatlan pemain kedua. Padahal kalau tidak ada orang yang mau bermain sebagai pemain kedua, maka tidak ada keharmonisan.

Filipi 2:3-5
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Akhirnya dari semua yang berorientasi dari saya, milik saya dan diri saya sendiri menjadi pribadi yang :
Bukan orang yang selalu mau mendapatkan, tetapi orang yang memberi.
Bukan orang yang menyimpan dendam, tapi orang yang memberi.
Bukan orang yang mengingat-ingat kesalahan, tapi orang Yang melupakan.
Bukan sekarang bintang, tetapi sekarang pelayan.

Harga dari sebuah hati pelayan sangatlah besar seperti cerita seseorang yang mau memberi sebuah mutiara yang haganya adalah keseluruhan apa yang dia punyai termasuk dirinya sendiri. Dari dunia seputar diri kita menjadi ke arah Tuhan. Dari me, mine, myself kepada God God God.